Friday, November 4, 2011

Check Before You Complain

Beberapa minggu lalu aku mendengar Ps Lee Burns dari Hillsong College kotbah. Entah si penerjemahnya yg gak pinter nerjemahin ato emang akunya yg gak konsen, intinya pas dia mulai kotbah aku gak terlalu nangkep apa yg mau disampaikan. Sampai tiba2 ada yg menarik perhatianku dari kotbahnya.
Hampir 10 tahun lalu Ps Lee pernah melayani suatu kebaktian di Sydney. Pada waktu itu ada seseorang yg disembuhkan dari penyakitnya dan bercerita ttg kesaksiannya itu kepada Ps Lee. Pada saat orang itu bercerita, ternyata bukan cuma Ps Lee yg mendengarkan. Ada seorang wanita pincang yg ikut mendengar kesaksian itu & tergerak hatinya untuk mau disembuhkan juga. Singkat cerita…Ps Lee dan beberapa anggota timnya menghampiri bangku wanita itu. Dia menanyakan pada wanita itu apakah mau dilayani untuk kesembuhan. Tapi wanita itu bimbang. Di Australia ada tunjangan untuk orang cacat setiap bulan dalam jumlah tertentu. Wanita ini berkata, “Jika aku sembuh, aku bisa kehilangan uang tunjanganku. Lalu bagaimana aku bayar cicilan rumah & kebutuhanku lainnya?” Lee Burns berkata, “Tuhan yg aku layani, bisa menyediakan gak hanya 1 buah rumah untukmu, bahkan bisa 2 atau 3 rumah. Dan Dia pasti akan memenuhi keperluanmu sehari2. He’s a great God.” Setelah dia memikirkannya lagi & lagi, wanita ini memutuskan tidak mau dilayani untuk menerima kesembuhan. Dan dia pergi meninggalkan kebaktian itu. Lima tahun setelah itu Lee melihatnya di sebuah kebaktian & seorang anggota timnya berkata bahwa selama 5 tahun setelah menolak dilayani kesembuhan itu, kehidupan wanita itu juga tidak bertambah baik.
Kenapa kita belum menerima penggenapan janji yg Tuhan sudah berikan? Salah satunya mungkin kita seperti wanita pincang itu. kita sudah nyaman dgn keadaan kita sekarang. Kita tidak mau melepaskan tunjangan cacat kita. Menerima janji Tuhan, berarti kita harus siap dengan segala konsekuensi & tanggung jawabnya. Seperti wanita pincang itu, kalau dia sembuh berarti negara tidak akan memberikan lagi tunjangan untuk menopang hidupnya. Dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk membayar cicilan rumahnya, dsb. Konsekuensi & tanggung jawab inilah yg kadang tanpa kita sadari, kita menolaknya.
Ingat cerita Yesus bertanya kepada orang lumpuh di dekat kolam betesda di Yohanes 5? Ayat 6 menuliskan “Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Bukankah ada yg aneh dgn pertanyaan Yesus itu? Masa nanya sama orang sakit “Maukah kamu sembuh?” ? Ya pasti maulah…. Eh, nanti dulu, ternyata gak semua orang mau disembuhkan. Ingat wanita pincang yg diceritakan oleh Ps Lee tadi?
Yuk sama2 liat hidup kita, introspeksi hati kita. Jangan2 kita seperti wanita pincang tadi yg tidak mau menerima konsekuensi & tanggung jawab yg harus dia lakukan saat janji Tuhan dipenuhi dalam hidupnya. Janji Tuhan untuk kesembuhan pincangnya, namun membawa konsekuensi kehilangan tunjangan negara & harus mengambil tanggung jawab bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kadang bukan Tuhan yg gak mau penuhi janjiNya dalam hidup kita, tapi kadang kita yg memang belum siap untuk menerima konsekuensi & tanggung jawab atas terpenuhinya janji Tuhan tsb. So before complaining why God has not fulfilled His promises in your life, you better ask yourself : am I ready to do the responsibility of this promise?
God bless you.
With love and pray,
Vega

No comments: